“Kisah Abdi Allah” (1 Raja 13)


Dari Magetan pagi ini kami mengucapkan slmt pagi all. Renungan pagi ini
diambil dari 1 Raja 13. Banyak hal yang menarik dari pasal ini yang perlu
disimak.
Pertama, seorang Abdi Allah (terjemahan lain menyebut, “a man of God”)
menyebutkan “nubuatan” tentang lahirnya seorang yang akan memusnahkan
berhala. Yang menarik langsung disebutkan nama orang tersebut adalah
Yosia. Padahal Yosia nanti lahir kurang lebih 300 tahun kemudian, tapi
hebatnya Allah sudah memberitahukannnya dan bahkan menyebutkan tokoh
utamanya, Yosia dan benar, 300 tahun kemudian Yosia memenuhi nubuatan ini
dengan apa yang dia lakukan persis seperti yang sudah digambarkan
sebelumnya. Ini sama dengan nubuatan yang menyebutkan nama raja Koresh
atau Cyrus, raja Persia (Yesaya 44:28; 45:1) yang nanti akan dipakai Tuhan
untuk menolong umatNYA hampir 200 tahun kemudian, juga disebutkan nama
orang tersebut adalah Koresh dan benar orang tersebut adalah Koresh dan
apa yang dia lakukan sama seperti nubuatan Allah. Point penting yang perlu
disimak disini adalah, jika Allah menubuatkan sesuatu, itu tidak pernah
akan meleset, kita tinggal menunggu kapan waktu kegenapan nubuatan itu
terjadi. Hari ini kita hidup pada hari-hari terakhir. Apa yang sudah
terjadi dan sedang terjadi dan nanti akan terjadi, perhatikanlah, semua
ini seperti yang sudah dinubuatkan, alangkah menyedihkan jika kita yang
sudah tahu dan mengerti tentang nubuatan Allah dan kita justru
mengabaikannya. Sayang jika kita harus binasa padahal kita tahu apa yang
semestinya yang harus kita lakukan di hari-hari terakhir ini. Ingat kasus
Nuh, orang-orang saat itu binasa bukan karena Allah tidak menyayangi
keselamatan mereka, justru Allah peduli sehingga Ia menyuruh Nuh
menyediakan bahtera yang besar, tapi sayang, waktu yang panjang tidak
pernah dimanfaatkan untuk pertobatan sehingga sungguh ironis, sapi, gajah,
singa, tikus dll justru merekalah yang selamat sementara manusia yang
memiliki akal hebat, justru binasa.
Kedua, perhatikan arogansi Yerobeam, saat Abdi Allah memberi amaran
kepadanya, bukannya dia menerima amaran itu, justru dia menolak keras
bahkan memerintahkan untuk menangkap Abdi Allah itu (ayat 4) tapi Allah
sungguh luar biasa dan tidak boleh main-main denganNYA atau dengan
hambaNYA. Disaat tangannya diacungkan memerintahkan untuk menangkap Abdi
Allah, disaat itu tangannya kejang sehingga ia akhirnya dengan penuh
belas-kasihan meminta Allah untuk memulihkan keadaannya kembali.
Pelajarannya adalah, “hati-hati dengan Allah, hati-hati dengan
Hamba-hambaNya, berhati-hatilah jika memang karena dosa kita, kita harus
diperingatkan dengan keras. Jangan mengeraskan hati untuk menolaknya atau
bahkan malah menunjukkan arogansi dengan menyerang hamba Tuhan atau
organisasi Allah, sebab Allah tidak main-main dengan mereka-mereka yang
mempermainkanNYA. Belajarlah dari kasus Yerobeam ini, dari kasus
Nebukadnezar yang harus menjalani kehidupan seperti binatang, dari kasus
Herodes yang mati seketika karena “ditampar Allah” dan mayatnya dimakan
cacing, dll.
Ketiga, Abdi Allah ini memenuhi kewajibannya dan setia pada tanggung
jawabnya sampai pada titik dia bertemu dengan “Abdi Allah” lainnya dan
mengajaknya untuk makan. Perhatikan kisah ini, bahwa abdi Allah ini
diminta untuk untuk tidak pernah singgah makan sampai tugasnya tuntas,
tapi begitu ia lalai dalam perintah ini (ia mematuhi perintah nabi palsu),
kehidupannyapun berakhir mengenaskan, dia mati karena diserang oleh singa
dan mayatnya dicampakkan dijalan. Ini pelajaran khusus bagi para “hamba
Allah”. SDA BC Vol 2, hal 795, berkata demikian mengenai kasus “Abdi
Allah” yang gagal ini, “Satan now worked in another way, determined to
thwart the purposes of the Lord by bringing His messanger into disrepute”
(Setan saat ini bekerja dengan cara lain, ia menetapkan untuk menggagalkan
tujuan Allah dengan membawa juru kabar -Nya ke dalam keburukan .”
Pada kasus ini, pembaca Alkitab melihat ada yang ganjil. Sebelumnya Abdi
Allah ini menolak dengan tegas ajakan Yerobeam untuk makan dulu sebelum
dia meninggalkan tempat itu, Abdi Allah inipun pergi, lalu begitu dia
ketemu “Abdi Allah” lainnya (belakangan kita melihatnya sebagai nabi
palsu), dia mengatakan demikian (ayat 18), “AKUPUN SEORANG NABI JUGA
SEPERTI ENGKAU, (dan ini yang menarik disimak kata-katanya), dan ATAS
PERINTAH TUHAN SEORANG MALAIKAT TELAH BERKATA KEPADAKU, “BAWA DIA PULANG
BERSAMA-SAMA ENGKAU KERUMAHMU SUPAYA IA MAKAN ROTI DAN MINUM AIR.”
Walaupu kita pembaca tahu ini bohong, karena ayat 18 bagian akhir katakan
tegas, IA BERBOHONG KEPADANYA. Tapi Abdi Allah yang asli ini, tidak tahu
akan hal ini, dia mungkin percaya, “kan orang ini juga Abdi Allah, tentu
karena dia sesama Abdi Allah, dia pasti mengatakan kebenaran.” Barangkali
itu pikirnya. Tapi ingat hal ini, Bagaimana mungkin Allah membuat
perintah yang berbeda? Menarik pertanyaan ini, kembali SDA BC Vol 2 hal
796 berkata demikian, “The Lord NEVER SENDS CONTRADICTORY MESSAGES by His
prophets. … satan is a liar and deceiver, and should be recognized by the
children of God by means of his deceptive wiles.” Hari ini ada begitu
banyak ajaran, begitu banyak pendapat, begitu banyak argumentasi yang
semuanya mengaku, bahwa mereka membawakannya sesuai dengan kebenaran
Allah. Berhati-hatilah akan hal ini, belajarlah dari kasus “Abdi Allah”
ini.
Keempat, perhatikan juga disini, bahwa seseorang ternyata tidak selamanya
bisa terlihat baik. Sepanjang dia menuruti perintah Allah hidupnya aman
dan baik, tetapi siapapun dia bahkan hamba Allah sekalipun jika pada satu
waktu dia mengabaikan perintah Allah, statusnya sebagai “hamba Allah” ini
bukanlah jaminan baginya untuk tidak mengalami hal yang buruk. Belajarlah
dari kasus kematian yang tragis, “hamba Allah” ini. So, status bukanlah
ukuran, posisi dan jabatan bukanlah jaminan, gelar bukanlah garansi, tapi
yang terpenting disini adalah hubungan pribadi tersebut dan ketaatannya
kepada perintah Allah. Semoga kita tidak mengalami hal yang tragis
seperti Abdi Allah dijaman Yerobeam. Dari Magetan kami ucapkan, selamat
pagi all, selamat beraktivitas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini