MENJAGA KEUTUHAN RUMAH TANGGA
Oleh, Ps. Gilbert MF. Baker, M.Th
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. ( Kej 3:6 )
Tidak jarang keutuhan
rumah tangga terkoyak oleh pihak ketiga. Sudah sering saya sampaikan tentang
fenomena “tiba-tiba” dalam kehidupan rumah tangga yang menghancurkan keluarga.
Di ruang konseling,
sering djumpai suami yang menyatakan kekagetan, karena “tiba-tiba istrinya
selingkuh”.
Sering pula dijumpai
istri yang menyatakan terkejut karena “tiba-tiba suaminya selingkuh”, atau
bahkan karena ternyata “suami saya sudah menikah lagi”.
Tetapi pada waktu malam Allah datang kepada Abimelekh dalam suatu mimpi serta berfirman kepadanya: "Engkau harus mati oleh karena perempuan yang telah kauambil itu; sebab ia sudah bersuami." ( Kej 20:3 )
Sungguh aneh komentar
“tiba-tiba” tersebut. Tidak bisa dimengerti bagaimana selingkuh dikatakan
sebagai tiba-tiba.
Hubungan hati suami
dengan perempuan lain, atau seorang istri dengan lelaki lain, tidak pernah
terjadi secara tiba-tiba.
Ada proses yang sudah
berjalan berminggu atau berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, namun tidak
dirasakan gejalanya oleh pasangan.
Padahal mereka hidup
bersama dalam satu rumah, hampir setiap hari bertemu dan berkomunikasi sebagai
suami-istri.
Seakan semua tampak
biasa saja, seperti tidak ada gejala yang berbeda.
Sesungguhnya yang
terjadi bukanlah ketiba-tibaan, namun tidak dikenalinya perubahan-perubahan
yang ada pada diri pasangan.
Pasangan suami-istri
itu sudah lama berhenti saling mengenali, sehingga terkejut dengan kondisi yang
ada pada pasangannya saat ini.
Ternyata pasangan
sudah melakukan hal yang tidak dikenal dan tidak diketahui, dalam waktu cukup
lama.
Mengambil pelajaran
dari kisah “ketiba-tibaan” tersebut, suami dan istri harus semakin pandai
mengenali pasangan setiap hari. Hal ini diperlukan dalam rangka menjaga
keutuhan keluarga, agar tidak mudah goyah bahkan karam oleh ombak permasalahan.
Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: "Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku, karena aku telah melahirkan tiga anak laki-laki baginya." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Lewi. ( Kej 29:34 )
Menjaga
Keutuhan Keluarga
Ada sangat banyak
cara untuk menjaga keutuhan keluarga. Yang paling penting adalah menguatkan
pondasi hidup berumah tangga yang berupa motivasi atau niat.
Kokohkan motivasi
bahwa hidup berumah tangga adalah ibadah, bukan permainan atau sekedar
bersenang-senang. Keluarga adalah unit yang sangat mendasar dalam membentuk
peradaban kemanusiaan.
Selain hal yang
bersifat pondasi tersebut, paling tidak ada empat hal praktis yang harus
dilakukan suami dan istri untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan rumah
tangga.
1. Meningkatkan
kehangatan komunikasi suami-istri
Sangat penting bagi
suami dan istri untuk selalu merajut komunikasi setiap hari. Kehangatan
komunikasi akan menyebabkan suami dan istri selalu terhubung setiap saat.
Jika tidak bisa
komunikasi secara langsung karena sedang berpisah tempat, bisa lewat sarana
teknologi seperti telepon, SMS, chatting, email dan lain sebagainya.
Harus ada ikatan hati
dan rajutan perasaan, yang dibangun melalui proses komunikasi setiap hari.
Sekedar menyapa, “Apa
yang sedang kau lakukan sekarang? Bagaimana kabar anak-anak kita? Engkau sudah
makan siang?
Jangan lupa obatnya diminum siang ini”, dan
semacamnya, sangatlah penting.
Komunikasi rutin ini
akan membuat suasana kedekatan antara suami dengan istri, walaupun mereka
sedang berada di tempat yang tidak sama.
hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang. (Tit 2:5)
2. Lakukan
evaluasi perjalanan kehidupan rumah tangga
Penting bagi semua
keluarga untuk “berhenti sejenak” guna melakukan evaluasi dan introspeksi.
Kehidupan rumah tangga akan berjalan monoton dan mekanis, jika tidak ada
kesempatan evaluasi.
Suami dan istri harus
meluangkan waktu untuk berbicara berdua, melakukan evaluasi terhadap berbagai
kondisi dalam kehidupan rumah tangga.
Mungkin ada harapan
suami yang tidak terkomunikasikan selama ini, mungkin ada harapan istri yang
belum tersampaikan kepada suami.
Kesempatan itu harus dimanfaatkan untuk
momentum memperbaiki diri dan berusaha menyesuaikan dengan harapan dari
pasangan.
Cara melakukan
evaluasi ini tidak mesti dalam bentuk formal seperti dalam organisasi dengan
membuat forum resmi.
Bisa saja dilakukan sambil rekreasi, sambil
mengisi waktu dalam perjalanan, sambil mengobrol saat ada kesempatan berdua di
rumah, sambil berbaring sebelum tidur, dan sebagainya. Bukan soal bentuk
‘forum’nya, namun lebih kepada esensinya.
3. Pahami
gejala kejenuhan berumah tangga
Manusia adalah
makhluk dinamis, yang mudah dilanda kebosanan apabila berada dalam suasana
monoton dalam waktu lama.
Makan nasi setiap
hari ada juga rasa bosannya, maka sesekali waktu beras dimasak menjadi bubur,
sesekali waktu nasi dimasak lagi menjadi nasi bakar dan nasi goreng. Sama-sama
bahan beras, namun tidak membosankan untuk dimakan.
Demikian pula,
kehidupan berumah tangga bisa mengalami titik kejenuhan. Tidak ada gairah,
semangat dan kehangatan dalam menjalani kehidupan keluarga, karena terkikis
oleh kesibukan masing-masing.
Semuanya berjalan
rutin dan mengalir begitu saja tanpa irama. Suami dan istri melakukan aktivitas
rutin setiap hari, begitu saja setiap harinya.
Jika mengalami titik
jenuh seperti ini, harus segera mengambil tindakan perbaikan.
Gergaji harus sering
diasah agar tidak tumpul dan selalu memiliki energi tinggi untuk menggergaji.
Rumah tangga harus sering melakukan reorientasi agar tidak mengalami kejumudan
dan kejenuhan.
4. Kenali
perubahan pada pasangan
Jika pasangan sedang
memiliki masalah, atau ketika pasangan sedang menjalin hubungan hati dengan
orang ketiga, pasti ada gejala yang bisa dibaca. Orang yang sedang jatuh cinta,
laki-laki maupun perempuan, hatinya berbunga-bunga.
Hal itu akan terekspresikan dalam berbagai
bentuk, seperti perubahan dalam penampilan, perubahan dalam sikap, perubahan
dalam pilihan kalimat dan kata-kata, perubahan dalam semangat, perubahan dalam
pola kegiatan, termasuk dalam pengeluaran anggaran.
Penampilan menjadi
semakin modis, rapi dan wangi, semakin peduli dengan keserasian warna, pilihan
baju, pilihan asesoris dan lain sebagainya. Jika ada perubahan yang
mencurigakan, hendaknya pasangan mewaspadai. Ajaklah berkomunikasi, apa yang
sedang terjadi?
Jika suami dan istri
selalu melakukan hal-hal di atas, akan bisa menjadi pondasi bagi keutuhan dan
keharmonisan rumah tangga.
Namun jika sudah
tidak bisa berkomunikasi, tidak pernah ada evaluasi, tidak memahami gejala
kejenuhan berumah tangga, dan tidak mempedulikan perubahan pada pasangan, akan
mempercepat keretakan bahkan kehancuran hidup berumah tangga.
5. Hubungan
Intim Diatas Ranjang
Segala hal yang
menyebabkan pertengkaran antara SUAMI ISTRI biasanya tidak dapat diselesaikan
dengan memuaskan. Tapi dengan seks yang hebat, semua bisa terselesaikan
Berikut ini adalah beberapa
alasan yang dikemukakan para ahli tentang kepuasaan seks yang dahsyat yang
diperoleh usai pertengkaran :
1. Bercinta setelah
bertengkar akan seperti saat pertama kali
2. Suami atau Istri
akan menjadi lebih agresif
3. Meningkatnya
adrenaline
4. Suami ataupun
istri akan saling berlomba untuk ‘melayani’ pasangannya.
5. Orgasme yang Lebih
Habat
6. Melupakan
pertengkaran
SOLUSI BILA
TERJADI MASALAH DIATAS RANJANG
Komentar