PENGUASAAN DIRI
PERLU DILATIH
Oleh,
Ps. Gilbert MF . Baker, M.Th
Baca: Titus
2:1-10
Demikian juga
orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala
hal..." Titus 2:6
Sebagian orang
Kristen merasa bangga dan menganggap diri kuat secara rohani jika telah
melayani pekerjaan Tuhan atau terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan
kerohanian gereja.
Namun masih sering
kita dengar dan lihat dengan mata kepala sendiri banyak di antara mereka yang
jatuh dalam dosa, sekalipun sudah melayani di atas mimbar.
Ada yang terlibat
dalam pertikaian keluarga karena urusan warisan, saling berselisih dengan
sesama hamba Tuhan dan saling menjatuhkan, ada pula yang jatuh dalam dosa meski
dilakukan secara sembunyi-sembunyi!
Hendaklah kita pahami
bahwa menjadi percaya pada Tuhan Yesus tidak secara otomatis menjadikan kita
ini kebal terhadap segala macam godaan dari si jahat, sebab "...si Iblis, berjalan keliling sama
seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."
(1 Petrus 5:8). Oleh karena itu kita harus senantiasa
berjaga-jaga dalam berdoa supaya kita tidak jatuh!
Keberadaan kita
sebagai jemaat awam, terlebih-lebih bagi kita yang sudah masuk dalam dunia pelayanan,
mengharuskan kita memiliki kehidupan yang berbeda dengan orang-orang di luar
Tuhan.
Siapa pun yang
mempercayakan hidup kepada Tuhan Yesus wajib hidup sama seperti Kristus telah
hidup (baca 1 Yohanes 2:6), sehingga keberadaannya mampu
menjadi teladan... "dan jadikanlah
dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.
Hendaklah engkau jujur dan
bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,"
(Titus 2:7).
Demikian pula untuk
dapat menjadi teladan, kita memerlukan latihan dalam hal penguasaan diri.
Tetapi aku
melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil
kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27).
Melatih tubuh dan
menguasai seluruhnya berarti berjuang untuk dapat menguasai diri dari belenggu
keinginan-keinginan dagingnya yang bertentangan dengan kehendak Tuhan,supaya ia tidak
ditolak oleh Tuhan.
Bagaimana mungkin
kita bisa menjadi teladan dan mampu memenangkan jiwa bagi Tuhan, bila kita
sendiri masih belum memiliki penguasaan diri terhadap keinginan-keinginan
daging?
Komentar